30 December 2007

Benazir Bhutto dan Dua Kata Sakti

Lampu kamar telah saya padamkam. Mata saya terasa berat untuk terus dipaksa berjaga. Waktu itu, Kamis 27/12 sekitar pukul 21.30 sewaktu bapak saya menggedor pintu kamar saya dan berkata, “Benazir Bhutto tertembak !”. Dari berita teks berjalan di Metro TV dikabarkan Benazir tewas setelah kepala dan dadanya ditembus peluru.

Di Stasiun Pasar Senen keesokan paginya, saya langsung merogoh kocek untuk membeli Kompas. Saya ingin segera mendapatkan berita yang lebih lengkap daripada yang telah saya dapat semalam. Foto utama di Kompas pagi itu, yang agak kabur, menggambarkan detik-detik terakhir Benazir sebelum timah panas menembus tubuh dan kepalanya. Ia tewas beberapa saat setelah menyampaikan pidato kampanye bagi Partai Rakyat Pakistan (PPP) di Lapangan Liaqat Bagh, Rawalpindi.

Wanita kelahiran Provinsi Sindh, Pakistan, 21 Juni 1953 itu tewas ditembak pelaku yang lalu meledakkan bom yang terlilit di tubuhnya. Selain tentu saja sang pelaku, dikabarkan 20 orang tewas di lokasi dan sekitar 56 orang menderita luka.

Wanita nekad

Jika kita tarik ingatan kita mundur ke tanggal 18 dan 21 Oktober 2007, tentu kita tidak akan terlalu terkejut dengan pembunuhan sadis itu. 18 Oktober2007, ia kembali dari pengasingan dan disambut puluhan ribu pendukungnya di Karachi. Sorak-sorai pertanda kebahagiaan sontak berubah menjadi teriakan histeris saat insiden bom bunuh diri terjadi. Setidaknya 136 nyawa melayang dan 387 orang terluka. Namun, Benazir beruntung dan lolos dari maut.

Tiga hari setelah insiden itu, Benazir menunjukkan nyalinya dengan menyatakan akan tetap tampil di depan publik. Entah ada hubungannya atau tidak, tanggal 23 Oktober 2007 ia menerima surat ancaman yang dikirim oleh kelompok yang mengaku sebagai Al- Qaeda, yang menyatakan akan membunuhnya “di mana pun dan kapan pun ada kesempatan”.

Tetapi, nyalinya tak kunjung ciut. Keesokan harinya ia malah menyatakan akan segera memulai kampanye untuk memperebutkan kursi parlemen bagi partainya, PPP, ke berbagai daerah di Pakistan. Melalui PPP yang dipimpinnya, ia memutuskan untuk menggunakan strategi ‘menjemput bola’.

Awal November tahun ini, Presiden Pervez Musharraf menyatakan negara dalam keadaan darurat. Tetapi, lagi-lagi wanita yang tetap terlihat cantik di usia 54 tahun dan tengah berada di Dubai, UAE, menyatakan tidak takut dan akan segera kembali ke Pakistan untuk sementara. Akhirnya, di Kamis sore yang kelabu itu ia menghadap penciptanya dengan cara yang menggenaskan.

"Masih ada ancaman serangan, tetapi Allah melindungi siapa saja. Jadi saya tidak takut," ujar Benazir saat ziarah ke makam ayahnya di Naudero, Provinsi Sindh di selatan. Ini setelah dia lolos dari bom bunuh diri yang menewaskan 150 orang saat kembali ke Pakistan, Oktober lalu. (Kompas, 29/12)


Bukan pertama

Benazir bukanlah tokoh politik pertama di dunia yang harus bernasib tragis akibat kekerasan politik. Ayahnya sendiri, Zulfikar Ali Bhutto (Presiden tahun 1971-1973, PM tahun 1973 -1977), juga tewas karena latar belakang yang sama, intrik politik.

Sekitar 28 tahun yang lalu, 4 Januari 1979, di tengah dinginnya udara penjara Rawalpindi –tak jauh dari lokasi Benazir ditembak– Ali tewas di tiang gantungan atas perintah Mohammed Zia Ul Haq, seorang jenderal yang ketika menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Bersenjata Pakistan menggulingkan Ali dari kursi PM pada 5 Juli 1977. Saat itu, Ali dikenai dakwaan tendensius: terlibat dalam konspirasi pembunuhan –yang gagal– atas ayah politisi Ahmed Reza Kasuri.

Mungkin kita hanya mengetahui atau mengingat sebagian kecil nama petinggi negara di dunia yang tewas karena kiprah politiknya, seperti John F Kennedy (Amerika Serikat) dan Indira Gandhi (India). Tetapi, berikut daftar yang dibuat kantor berita Associated Press dan dikutip oleh P. Swantoro dalam buku Masalalu Selalu Aktual (Kompas, 2007):

  1. Amerika Serikat, Amerika Utara dan Amerika Latin
    1. Presiden AS John F Kennedy, tewas 22 November 1963 di Dallas, Texas.
    2. Presiden AS William McKinley (1901).
    3. Presiden Meksiko Francisco Madero (1913).
    4. Presiden Meksiko Jenderal Venustiano Carranza (1920).
    5. Presiden-terpilih Meksiko Alvaro Obregan (1928).
    6. Presiden Nikaragua Anastacio Somoza GarcĂ­a (1956).
    7. Presiden Nikaragua Anastacio Somoza Debayle (1980).
    8. Presiden Guatemala Carlos Castillo Armas (1957).
    9. Diktator Dominica Leonida Trujillo Molina (1961).
    10. Presiden Cile Salvador Allende (1973).
    11. Mantan PM Grenada Maurice Bishop (1983).

  1. Eropa
    1. Raja Umberto (Italia, 1900).
    2. Raja George (Yunani, 1913).
    3. Pangeran Franz Ferdinand (Austria-Hongaria, 1914).
    4. Bekas Tsar Rusia Nikolas II (1918).
    5. Kanselir Engelbert Dolfuss (Austria, 1934).

  1. Asia
    1. PM Sri Lanka Solomon Bandaranaike (1959).
    2. Presiden Vietnam Selatan Ngo Dihn Diem (1963).
    3. PM Iran Hassan Ali Mansour (1965).
    4. Presiden Iran Mohammed Ali Rajai dan PM-nya Mohammed Bahonar (1981)
    5. PM Yordania Wasti Tal (1971).
    6. Raja Arab Saudi Faisal (1975).
    7. Presiden Bangladesh Sheik Mujibur Rahman (1975).
    8. Presiden Bangladesh Zia ur-Rahman (1981).
    9. Presiden-terpilih Lebanon Bashir Gemayel (1982).
    10. Presiden Korea Selatan Park Chung-Hee (1979).
    11. Presiden Afghanistan Nur Mohammed Taraki (1979).
    12. PM India Indira Gandhi (1984).
    13. PM India Rajiv Gandhi (1991).

  1. Afrika
    1. Mantan PM Kongo Patrice Lumumba (1961).
    2. Presiden Republik Kongo Marien Ngouabi (1977).
    3. PM Afrika Selatan Hendrik Verwoerd (1966).
    4. Presiden Madagaskar Richard Ratismandrava (1975).
    5. Kepala Negara Nigeria Jenderal Murtala Ramat Mohammed (1976).
    6. Presiden Liberia William Tolbert (1980).
    7. Presiden Mesir Mohammed Anwar Al Sadat (1981).

Daftar yang sangat panjang itu baru mencakup mereka yang ketika tewas tengah atau telah menyandang jabatan publik. Ada pula tokoh besar lain yang walau tidak menjadi tokoh puncak di negerinya, namun turut tewas karena pertikaian politik. Berikut sebagian di antaranya.


1. Mohammad Karamchand Gandi alias Mahatma Gandhi Politikus utama dan pemimpin spiritual India (1948).

2. Anna Politkovskaya, 7 Oktober 2006 tewas ditembak. Diduga kuat ia dibunuh oleh kaki tangan Vladimir Putin, terkait kritik yang ia lontarkan seputar kebijakan Kremlin di Chechnya.

3. Alexander Litvinenko, 21 November 2006 tewas diracun dengan thallium dan mungkin juga bahan-bahan lain yang mengandung radio aktif. Ia adalah mantan agen dinas rahasia Rusia KGB, yang lalu menjadi FSB. Ia tewas saat menyelidiki kematian Anna Politkovskaya.

4. Lev Davidovitch Bronstein, yang lebih kondang disebut Leon Trotsky. Ia tewas di Meksiko 21 Agustus 1940 sehari setelah ditembak oleh Jaume Ramon Mercader del Rio Hernadez, seorang komunis Catalan, yang “menerima order” dari Leonid Eitington, seorang perwira Dinas Rahasia Rusia saat itu NKVD.

Trotsky dikenal sebagai lawan tangguh bagi Stalin, pejuang revolusi Bolshevik, teoritikus Marxis kelas wahid, politikus ulung di masa awal berdirinya Uni Soviet, pendiri dan komandan Tentara Merah, pendiri Politbiro.

Konteks Indonesia

Kamis malam 27/12, atau beberapa jam setelah Benazir tertembak, Presiden Yudhoyono menyatakan akan mengeluarkan instruksi resmi kepada Polri dan dan aparat keamanan lainnya, seperti intelijen dan TNI yang menjalankan tugas keamanan khusus, untuk meningkatkan kewaspadaan dan melakukan langkah-langkah efektif dan proporsional.

“Ini supaya tidak terjadi di negeri kita. Kompetisi di negeri kita terus berlangsung. Sekarang ini baru pilkada. Tahun 2009 dan tahun depan sudah mulai ada kegiatan dan kompetisi politik,” kata presiden kepada wartawan sebelum menerima calon KSAD dan KSAU di kantornya.

Memang, di negeri ini sangat jarang terjadi peristiwa pembunuhan politik terbuka seperti di Pakistan dan negara-negara lain. Walau tentu kita semua tahu bagaimana Presiden Soekarno “dibunuh secara perlahan” sebelum meninggal karena sakit tahun 1970.

Kita juga tak mungkin menutup mata atas pembunuhan konspiratif kelas atas yang menelan korban sejumlah perwira tinggi dan perwira menengah ABRI tahun 1965. Belum lagi pembunuhan massal sepanjang tahun 1965 lainnya. Selain karena perkara politik-kekuasaan, adakah alasan lain yang mendorong pembunuhan itu ?

Selamat jalan, Benazir Bhutto. Kita memang tak pernah saling kenal. Bahkan, ribuan kilometer jarak membentang antara kita. Tetapi, dari semua yang telah kau lakukan dan ucapkan, kau mengajariku dua kata sakti: “Tidak Takut !”. Tentu, itu berbeda dengan slogan iklan sabun Lifebuoy, “Kotor ? Tidak Takut !”. Berbeda pula dengan slogan iklan Rinso, “Kalau nggak kotor, ya nggak belajar”. Semua karena, nyawa manusia terlalu berharga untuk digadaikan.

Kau mengajari saya, bahwa ketakutan bukan bukanlah alasan untuk menghentikan perjuangan. Saya yakin, darahmu yang tertumpah dan membasahi Rawalpindi –juga darah para pemimpin dunia lain seperti tersebut di atas– tidak akan pernah sia-sia.

Meminjam istilah Goenawan Mohammad perihal kematian sejarawan Ong Hok Ham, “... Ia tidak mati. Ia hanya pergi entah ke mana”.

Benazir, Rest In Peace ...

Keterangan foto (dari atas):
1. Benazir Bhutto dalam sebuah kampanye
2. Detik-detik penembakan Presiden Anwar Sadar, di Kairo 6 Oktober 1981. Ia tengah duduk di
podium kehormatan pada upacara parade militer Mesir, saat diberondong peluru Khaled
Ahmed dan kelompoknya.

Biodata singkat Benazir Bhutto

Lahir di Sindh, Pakistan, 21 Juni 1953

  1. Tahun 1969-1973 menempuh kuliah politik hingga meraih gelar BA di Harvard, AS.
  2. Tahun 1973-1977 menempuh kuliah filsafat, politik dan ekonomi di Oxford, Inggris. Lalu kembali ke Pakistan.
  3. Tahun 1979 ayahnya, Zulfikar Ali Bhutto, tewas digantung.
  4. Tahun 1980 saudara laki-lakinya, Shahnawaz, tewas dibunuh di Prancis.
  5. Tahun 1988 pertama kali terpilih menjadi PM Pakistan.
  6. Tahun 1990 dipecat presiden Farooq Leghari karena dituduh korupsi.
  7. Tahun 1993 kembali ke kursi PM, setelah Nawaz Sharif, suksesornya dipaksa mundur karena berselisih paham dengan presiden Farooq Leghari.
  8. Tahun 1996 saudaranya yang lain, Mir Murtaza, tewas dibunuh.
  9. Tahun 1999 didenda dan dikenai hukuman lima tahun penjara. Saat tuduhan dijatuhkan ia berada di luar negeri dan memilih untuk tidak kembali ke Pakistan. Hukuman itu lalu dibatalkan, namun ia tetap mengasingkan diri.
  10. Tanggal 18 Okt 2007 kembali ke Pakistan dari pengasingan. Penyambutan atas dirinya diwarnai aksi bom bunuh diri yang menewaskan sekitar 136 orang dan 387 menderita luka.
  11. Tanggal 27 Des 2007 tewas ditembak di Rawalpindi

No comments:

Fransiskus Pascaries